Tidak dapat
dipungkiri lagi, bahwa perkembangan sains dan teknologi disaat ini semakin
terasa pesat dan hasilnya dapat dirasakan oleh manusia, sehingga kehidupan
manusia saat ini terasa lebih mudah dan sangat nyaman, tidak saja yang
menyangkut tentang pencapaian sesuatu itu lebih gampang, tetapi dengan waktu
yang singkat lagi cepat kenyamanan sesuatu itu dapat dinikmati oleh kita
manusia. Misalnya saja dapat disebutkan secara historis, pada zaman purba
manusia berpergian dengan berjalan kaki, kemudian ada gagasan untuk
memanfaatkan binatang, lalu menciptakan roda dan kendali, kemudian secara
berangsur-angsur dapat memperbaiki kecepatan dan menciptakan teknologi
transportasi sehingga dari kereta binatang menjadi kereta api, dari kereta api
menjadi mobil, dari mobil menjadi pesawat terbang. Demikian pula dari perahu
layar menjadi kapal api, dan seterusnya. Hingga sekarang kemanfaatan teknologi
lebih terasa meringankan beban hidup manusia dalam mengangkut barang, menghemat
waktu dan memanfaatkan sumber daya baru yang efektif.
`Tetapi dari
adanya kemajuan sains dan teknologi, banyak kalangan yang mencemaskan. Diantara
kecemasan itu berkisar pada akibat-akibat negatif yang ditimbulkannya. Misalnya
penemuan obat bius, yang mestinya dapat dimanfaatkan di bidang medis,
tetapi akhirnya bisa beralih fungsi karena disalah gunakan oleh pemakainya
sehingga menjadi sebuah alat untuk memperkosa wanita.
Nah masalahnya sekarang, alat apa yang dapat digunakan oleh kita
manusia untuk mengerem pengaruh-pengaruh negatif dari dampak kemajuan sains dan
teknologi itu?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, rupanya hanya agama yang
sanggup untuk menawarkan pandangan-pandangan yang positif.
B.
Pandangan Agama Terhadap Kemajuan Teknologi
Agama merupakan
salah satu cara hidup manusia menemukan 1. Makna hidup, dan 2. Dunia yang
menjadi lingkungannya. 2 (dua) hal ini dengan jelas dapat dipahami dari ayat
24-25 surat Yunus yang artinya :
“sesungguhnya perumaan hidup
duniawi hanyalah bagaikan air hujan yang kami turunkan dari langit, kemudian
berpadu dengan tumbuh-tumbuhan bumi yang menjadi makanan manusia dan binatang
sebagai tatkalah bumi mulai berhias diri dan nampak indah menarik, dan
penghuninya menyangkah bahwa mereka mempunyai kekuasaan atas bumi itu,
tiba-tiba datang perintah kami dimalam atau disiang hari, kemudian kami
jadikan bumi itu gundul seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu apapun
di hari kemarinnya. Demikianlah kami jadikan untuk menjelaskan ayat-ayat kami
untuk kaum yang berfikir. Dan Allah menyeru kepada negeri perdamaian, serta
menunjukkan siapa yang dikehendakinya ke jalan yang lurus
Dengan demikian sekalipun manusia itu sangat pandai dan bisa
menguasai berbagai peralatan yang canggih, sehingga mampu menaklukkan alam
jagat raya ini. Tetapi mereka tetap tidak boleh sombong, sebab bagaimanapun
tingginya ilmu manusia, masih ada saja kejadian-kejadian yang tidak bisa
diramalkan oleh mereka. Seperti terjadinya bencana gelombang sunami aceh,
semburan lumpur lapindo di Sidoarjo. Ternyata semua itu munculnya tanpa diduga.
Bahkan, sampai sekarang semburan lumpur lapindo belum bisa diatasi oleh
siapapun. Semua itu merupakan suatu realisasi peringatan Allah swt. Sebagaiman
arti ayat yang tertera di atas, Rasulullah saw. pun pernah mengancam dengan
hadistnya yang artiya “Tidak akan masuk surga bagi orang yang dalam
hatinya terdapat seberat biji sawidari sifat sombong”.
Apabila agama sebagai “Way Of Life” atau jalan hidup
bagi manusia. Maka sejauh mana kaitannya dengan kemajuan sains dan teknologi?
Abu’l Hasan Ali Al Nadwi menyimpulkan ada 4 saran yang ditawarkan agama antara
lain:
- Teknologi adalah sebagai
alat untuk menaklukan kesulitan manusia.
Tujuan paling mendasar dari industri dan teknologi adalah untuk
menaklukkan rintangan dan kesulitan dalam perjalanan hidup manusia. yang
diakibatkan oleh kebodohan manusia itu sendiri.
Sebaliknya, jika masalah manusia telah terpecahkan, mereka tidak
boleh lupa kepada Tuhannya, sebab teknologi dan kelebihan yang mereka
kuasai itu semata-mata pemberian dari Allah dan semua itu hanya merupakan
sarana belaka.
- Teknologi bagi kehidupan
manusia hanya merupakan sarana.
Sarana disini bisa dipahami sebagai suatu yang netral. Artinya
tidak mempunyai nilai baik atau buruk apalagi nilai jahat. Ia hanya bisa tunduk
dan patuh kepada kehendak, pikiran dan moralitas manusia sebagai pemakainya.
Seringkali benda itu berubah menjadi negatif gara-gara pemakainya membelokkan
untuk mencari keuntungan priibadi. Sebagaimana contoh obat bius diatas.
Karena itu masalahnya bukan terletak pada hasil teknologi,
tetapi semata-mata terletak pada orang yang menggunakannya dan penggunaan itu
sendiri. Maka benarlah ungkapan dalam Al-Qur’an “telah tampak
kehancuran dan kebinasaan di daratan dan di lautan itu disebabkan oleh tangan
manusia itu sendiri”. Disinilah diperlukan peranan agama, artinya
Teknologi itu harus dibarengi dengan agama. Sebab agamalah yang mengajar
manusia agar menggunakan sesuatu itu lebih bermanfaat dan sesuai proporsinya.
- Hendaknya teknologi
dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan.
Yang dimaksud keseimbangan disini adalah keseimbangan antara “kekuatan
dan moral”. Memang diakui bahwa perkembangan teknologi telah
menciptakan kemungkinan bagi perbaikan keadaan-keadaan dalam tingkat hidup
sejumlah manusia, mengankat penderitaan fisik, membebaskan diri dari kerja
berat, semuanya menjadi gampang dan sangat mudah. Tetapi kita sebagai manusia
yang bermoral tentu harus mengakui, bahwa semua itu terjadi karena keikut
sertaan campur tangan Tuhan. Tanpa capur tangan Tuhan tidak mungkin semua
itu bisa terjadi.
- Tujuan akhir teknologi
adalah untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.
Dalam masalah
ini islam sudah jelas, bahwa Allah swt. menciptakan manusia di bumi ini adalah
sebagai kholifah (wakil) Allah. Artinya, agar manusia berbuat dengan
sebaik-baiknya terhadap alam sekelilingnya. Bila terjadi sesuatu yang dianggap
bisa membahayakan, hendaknya cepat-cepat untuk menanggulanginya sehingga tidak
menimbulkan bencana. Menjaga udara tetap bersih tidak berpolusi, sehingga
terasa segar untuk bernafas. Menjaga kesuburan tanah, sehingga dapat ditanami
buah-buahan yang segar, agar dapat dinikmati oleh manusia. Apabila manusia
jenuh dengan makanan pokok dan mereka ingin mengubahnya menjadi bentuk yang lain
(tentunya dengan teknologi) islam tidak melarangnya, asal semua itu membuat
kemakmuran bagi manusia secara merata. Sehingga hidup ini menyenangkan,
membahagiakan dan bisa Khusnul Khotimah jika nanti pada saatnya kembali untuk
menghadap padaTuhan sebagai penciptanya.
C.
Kesimpulan
Kemajuan
teknologi bisa membawa dampak positif dalam kehidupan umat manusia yakni bisa
menyenangkan dan membahagiakan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bisa terjadi
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena teknologi hanyalah merupakan suatu alat
atau sarana yang tidak mempunyai nilai baik atau buruk apalagi nilai jahat. Hal
ini tergantung pada kehendak pemakainya, kemudian agar para pemakainya
menggunakan hal-hal yang positif dan bisa membawa kemanfaatan, maka teknologi
sangat perlu dibarengi dengan agama, karena agamalah yang mengarahkan pada
manusia untuk menggunakan semuanya itu pada hal-hal yang positif, agar hidup
ini bisa tentram, menyenangkan dan bahagia dibawa naungan ridha Allah swt.
Sumber :
- Depag RI. Al-Qur’an dan
terjemah. Proyek pangadaan kitab suci jakarta 2003.
- Abdul dahlan An Nadwi
islam pengembangan perubahan dunia. Pustaka jakarta 1988.
- tajridus shorih, Abil
abas zainuddin, Ahmad darul fikri bairut.
0 komentar:
Posting Komentar